Dua pengamat politik meragukan pernyataan PM Cina yang akan menyerang Indonesia jika tragedi 98 terulang kembali. Pasalnya dalam konprensi pers yang digelar PM Cina juga tidak jelas lokasinya.
"Di situ ditulis konpers di Taipei. Padahal Taipei itu di Taiwan bukan di Cina. Ini meragukan. Saya kira itu hoax," ujar pengamat politik dari Point Indonesia (PI) Karel Susetyo kepada Harian Terbit, Senin (14/11/2016).
Karel meminta penyataan yang tidak tersebut tidak perlu ditanggapi serius. Apalagi komentar PM Cina itu bisa mengganggu hubungan baik Cina dengan Indonesia. Selain itu keturunan Cina juga bukan warga negara Cina tapi mereka adalah warga negara Indonesia."Tak akan Cina melakukab hal tersebut," tegasnya.
Ucapan PM Cina yang kontroversial itu juga diragukan oleh Dosen Ilmu Politik Universitas Pelita Harapan (UPH) Emrus Sihombing. "Saya meragukan kebenaran ungkapan PM Cina," tegasnya.
Sementara itu Haris Rusli dari Petisi 28 juga menyatakan pernyataan PM Cina tidak asli. "Aku lihat gak asli pernyataan itu," tegasnya, namun ia enggan menjelaskan lebih lanjut soal ketidakaslian ucapan PM Cina tersebut.
Intervensi
Sementara itu Ketua Network for South East Asian Studies (NSEAS), Muchtar Effendi Harahap mengatakan, jika benar ucapan PM Cina seperti itu maka hal tersebut sebagai upaya intervensi urusan negara lain dan ancaman terhadap rakyat Indonesia, terutama pribumi. Hal tersebut dilakukan Cina agar tidak merugikan kepentingan kelompok ras Cina di Indonesia.
Muchtar menuturkan, pernyataan PM Cina ini juga indikasinya menunjukkan, ancaman bagi penguasa negara supaya tidak membiarkan terjadi kerusuhan sosial pribumi terhadap ras Cina di Indonesia. "Sebagai sebuah ancaman, bagaimana pun, PM Cina telah merendahkan martabat atau prestise negara Indonesia," jelasnya.
Maka itu, ke depan, apa yang harus dilakukan negara Indonesia jika pernyataan PM China itu benar? Ada baiknya pernyataan PM Cina ini harus dipersoalkan baik eksekutif maupun legislatif secara opini internasional.
"Kandungan apa yang dipersoalkan, tentu substansi pernyataan PM Cina tersebut. Sekali negara Indonesia tidak mempersoalkan pernyataan ini, lambat laut Cina akan dengan mudah merendahkan martabat dan prestise Indonesia di mata internasional," tandasnya.
Sebelumnya beredar ajakan untuk melakukan aksi kepung Kedubes Cina, menyusul pernyataan PM Cina atas aksi damai bela Islam yang merongrong kedaulatan NKRI. Ajakan aksi yang akan digelar, Selasa (15/11/2016) itu disampaikan sejumlah aktivis yang menyebut dirinya Qomando Masyarakat Tertindas (QOMAT).
Sumber: masional.harianterbit.com
"Di situ ditulis konpers di Taipei. Padahal Taipei itu di Taiwan bukan di Cina. Ini meragukan. Saya kira itu hoax," ujar pengamat politik dari Point Indonesia (PI) Karel Susetyo kepada Harian Terbit, Senin (14/11/2016).
Karel meminta penyataan yang tidak tersebut tidak perlu ditanggapi serius. Apalagi komentar PM Cina itu bisa mengganggu hubungan baik Cina dengan Indonesia. Selain itu keturunan Cina juga bukan warga negara Cina tapi mereka adalah warga negara Indonesia."Tak akan Cina melakukab hal tersebut," tegasnya.
Ucapan PM Cina yang kontroversial itu juga diragukan oleh Dosen Ilmu Politik Universitas Pelita Harapan (UPH) Emrus Sihombing. "Saya meragukan kebenaran ungkapan PM Cina," tegasnya.
Sementara itu Haris Rusli dari Petisi 28 juga menyatakan pernyataan PM Cina tidak asli. "Aku lihat gak asli pernyataan itu," tegasnya, namun ia enggan menjelaskan lebih lanjut soal ketidakaslian ucapan PM Cina tersebut.
Intervensi
Sementara itu Ketua Network for South East Asian Studies (NSEAS), Muchtar Effendi Harahap mengatakan, jika benar ucapan PM Cina seperti itu maka hal tersebut sebagai upaya intervensi urusan negara lain dan ancaman terhadap rakyat Indonesia, terutama pribumi. Hal tersebut dilakukan Cina agar tidak merugikan kepentingan kelompok ras Cina di Indonesia.
Muchtar menuturkan, pernyataan PM Cina ini juga indikasinya menunjukkan, ancaman bagi penguasa negara supaya tidak membiarkan terjadi kerusuhan sosial pribumi terhadap ras Cina di Indonesia. "Sebagai sebuah ancaman, bagaimana pun, PM Cina telah merendahkan martabat atau prestise negara Indonesia," jelasnya.
Maka itu, ke depan, apa yang harus dilakukan negara Indonesia jika pernyataan PM China itu benar? Ada baiknya pernyataan PM Cina ini harus dipersoalkan baik eksekutif maupun legislatif secara opini internasional.
"Kandungan apa yang dipersoalkan, tentu substansi pernyataan PM Cina tersebut. Sekali negara Indonesia tidak mempersoalkan pernyataan ini, lambat laut Cina akan dengan mudah merendahkan martabat dan prestise Indonesia di mata internasional," tandasnya.
Sebelumnya beredar ajakan untuk melakukan aksi kepung Kedubes Cina, menyusul pernyataan PM Cina atas aksi damai bela Islam yang merongrong kedaulatan NKRI. Ajakan aksi yang akan digelar, Selasa (15/11/2016) itu disampaikan sejumlah aktivis yang menyebut dirinya Qomando Masyarakat Tertindas (QOMAT).
Sumber: masional.harianterbit.com
COMMENTS